Sabtu, 23 Maret 2013
CERPEN: The miaw Catz story (Kucing liar) , Author: Maulin Fauziah
Saat itu hujan. Aku basah kuyup karena belum dapat tempat untuk berlindung kemudian disitu lah aku bertemu dia.
****
Bunyi ayam berkokok nyaring sekali terdengar ditelinga ku. Sudah waktu nya bangun dan melanjutkan aktifitas sebagai seekor kucing rumahan. Membangunkan majikan adalah kegiatan yang tak boleh ku lewatkan karena jika aku tidak membangunkan majikan ku yang pemalas bangun pagi ini bisa-bisa aku kena hukum. Ketika majikan ku bangun dengan lesu nya, aku mengikuti dirinya ke kamar mandi. Dia mempersilakan aku terlebih dahulu masuk. Aku masuk ke kamar mandi mencari lubang parit tempat biasa aku mengeluarkan penyakit. Setelah aku selesai dengan rutinitas buang penyakit, majikan ku masuk ke kamar mandi sementara aku keluar untuk membersihkan diri di keset yang sangat lembut ini. Majikan ku itu orang nya sangat baik dan bisa juga sangat kejam. Biasanya setelah aku pup dikamar mandi, dia tersenyum padaku sambil berkata “pinter nya anak ku ini…”sambil mengelus-elus kepala ku. Kemudian majikan ku itu menyiram lubang parit sampai 5 kali siram karena dia tidak suka kamar mandi bau dan dia orang nya pembersih sekali. Pernah, ketika dia dan teman-teman nya bergadang di rumah yang sederhana ini, aku kesulitan sekali membangunkan dia dan alhasil karena sudah tidak tahan lagi, aku pup di bawah meja makan. Bisa kalian bayangkan bagaimana ekspresi nya memarahi ku habis-habisan dan mengurung ku dikamar mandi selama 1 jam tentu nya aku diberi pencerahan dengan omelan-omelan super kejam. Sebenarnya ini tidak adil kan? Kenapa malah aku yang disalahkan? Tapi sebagai seekor binatang yang tak berdaya, aku pun pasrah di marahi.
Kemudian disaat dia pergi keluar kota bersama teman-teman nya, dia tidak lupa menyiapkan makanan ku untuk 2-4 hari ke depan. Inilah hal yang tidak aku sukai. Sebagai seekor kucing yang sudah terbiasa dengan makanan yang baru, aku tidak suka makanan yang sudah berhari-hari dengan keadaan terbuka pula. Biasanya dia memberi ku 1-1,5 sendok nasi putih dicampur ikan dencis rebus kesukaan ku. Nah kalau makanan ini dibiarkan selama 4 hari kedepan sudah dapat dipastikan berulat dan tidak enak di makan lagi. Maka nya kalau majikan ku ini sudah keluar kota, sengsara lah hidup ku dengan 4 piring nasi dicampur dencis berjejer rapi dibawah meja makan selama dia dinas keluar kota.
Dan disaat seperti inilah aku beraksi. Oh iya, aku belum cerita kan, aku punya pintu rahasia untuk keluar dari rumah menuju dunia luar yang kata majikan ku ini dunia diluar sana sangatlah kejam padahal menurut ku biasa-biasa saja setelah aku keluar beberapa kali. Pertama kali keluar dari rumah ini aku sempat was-was karena ditakuti-takuti seperti ini “miaw sayang….jangan pernah keluar rumah ya… soal nya diluar sana dingin dan banyak kucing liar yang kejam. Biasa nya mereka membunuh kucing rumahan karena merasa iri. So, miaw ingat!jangan pernah keluar sekalipun!”katanya dengan nada yang terlalu dilebih-lebihkan menurutku. Setelah dia keluar kota selama 2 hari, makanan ku pun berulat dan bau nya itu busuk sekali. Aku ini kucing dengan indra penciuman yang lebih hebat dari manusia jadi bau busuk itu benar-benar menusuk hidung ku dan membuatku pusing. Maka nya aku memberanikan diri keluar rumah untuk mencari sesuap nasi. Aku berkeliling disekitar lorong-lorong rumah dan mendapati jalan raya yang penuh dengan manusia. Baru kali ini aku lihat manusia sebanyak dan sesibuk ini. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang sedang membeli, menunggu angkot, membantu parkir mobil orang dengan pluit yang nyaring dan bagiku itu seperti suara burung kecil lagi kejepit sama induk nya. Tetapi mereka semua tidak lah seperti majikan ku. Tahu kenapa? Sebagian dari mereka mengusirku dengan kata-kata ‘hush’ berkali-kali. Malah ada anak kecil yang hampir mau menendang tubuh ku tapi aku segera mengelak secepat mungkin dan masuk kedalam lorong-lorong sempit untuk berlindung. Mereka semua jahat. Tidak ada ku temukan satu manusia pun yang berbaik hati padaku. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke rumah dan terpaksa memakan makanan yang sudah berulat itu.
Kemudian ketika aku melewati sebuah rumah yang kumuh yang tidak jauh dari rumah majikan ku, aku melihat seekor jantan yang lusuh, kotor dan kurus kering. Sepertinya dia kucing liar yang tidak terurus. Aku jadi ingat kata-kata majikan ku “…Biasa nya mereka membunuh kucing rumahan karena merasa iri …”sebelum aku terbunuh lebih baik aku menjauh dan tidak dekat-dekat dengan nya. Akan tetapi ntah kenapa tiba-tiba hujan deras mengguyur ku. Alhasil aku basah kuyup. Tanpa kusadari kucing itu mendekat ke arah ku sambil memandangi ku yang masih te’bego diam ditempat. Aku kaget mendapati dia yang kini berada dihadapan ku. Dia lama sekali menatap ku yang sudah pucat pasi dan mematung melihat sorot mata nya.
“kamu tahu dimana tempat berlindung?”tanya nya kepada ku dengan tampang lelah tergambar di wajah nya. Aku mencoba tenang dan menghilangkan pikiran negatif tentang kucing liar yang pernah dikatakan majikan ku.
“hei…”kata nya lagi mecondongkan kepala nya sehingga kepala kami saling bertubrukan dan kami bisa menatap mata begitu dekatnya satu sama lain. Tiba-tiba jantung ku berdegup kencang sampai aku salah tingkah-kabur dari hadapan nya tanpa memperdulikan dia yang berteriak-teriak memanggilku.
Sekarang sudah hampir 3 minggu sejak kejadian itu. Aku terus kepikiran bagaimana nasib kucing liar yang kurasa tidak seperti yang dikatakan majikan ku-kejam lah, pembunuh lah dan sebagainya.
“miaw…jaga rumah ya. Makanan mu sudah ku siap kan. Aku pergi dulu dan aku secepatnya kembali lagi kesini. Dadah…I love you...” katanya dengan wajah berseri-seri sambil memeluk ku. Berhubung sekarang majikan ku pergi keluar kota lagi, tidak ada salahnya kalau aku kembali ke tempat itu dan melihat keadaannya.
********
“dimana dia?aku sudah berkeliling di tempat ini tetapi tidak ada jejak bahkan bau nya pun tidak tercium lagi…jangan-jangan dia udah mati? Kasian…”karena tidak kunjung menemukan sosok nya lagi-sebelumnya aku sudah pernah keluar beberapa kali mencarinya-aku memutuskan untuk pulang dan menghabiskan makanan ku sebelum di kerubuti ulat putih kecil itu. Baru saja aku hampir sampai diteras rumah, sekilas aku melihat dia terkapar di tepi jalan. Buru-buru aku dekati dia dan melihat kondisinya. Sepertinya tidak ada darah atau bekas-bekas dia terkena tabrakan atau penganiayaan dari anak-anak usil. Aku mendekatkan kepala ku dan menggerakan kepala ku untuk membangunkan dirinya yang masih terbaring lemah. Tidak ada respon atau tanda-tanda dia masih bergerak. Apakah ini akhirnya? Apakah dia mati kelaparan? Dia sama sekali tidak bergerak bahkan setelah aku menjilati wajah nya untuk menyadarkan dirinya kembali ke dunia. Tetapi tetap saja, dia tidak bergerak dan tidak mengeong sedikit pun.
Aku melihat tubuhnya yang kurus kering. Aku benar-benar sedih dan merasa bersalah. Seharusnya dia ku bawa ke rumah dan ku beri dia makanan ku yang sia-sia terbuang selama ini. Rasanya dada ku sesak sekali sampai aku tidak bisa berdiri jadi aku memutuskan duduk disamping mayat nya dan menunggu seseorang yang berbaik hati datang untuk menguburkan nya dengan layak.
*****
huehehe brhubung aq dpt inspirasi jd ku tuangkn aja kesini
nah jgn lupa beri kritik dan saran atas cerpen kucing ku ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ceritanya bagus maulin ^_^ diksinya sederhana jd kesannya polos, tapi itu bagus. Apalagi muncul kata "te'bego", Medan sekali yah.. Hehe..
BalasHapusSudut pandang "aku" sbg kucing rumahan jg pas banget. Kayaknya author ngerti banget jd kucing. Hihi.. Peace.. ^_^Y
ditunggu kelanjutannya (part 3)
mungkin dulu nya saya terlahir sbg kucing kak ayu.hehe thanks udag bc kak
Hapus