BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pada makalah ini akan membahas aplikasi
konsep tersebut untuk menilai harga sauatu asset, khususnya surat berharga.
Harga (nilai) surat berharga pada dasarnya adalah present value dari aliran kas
masa mendatang yang akan diberikan kepada pemegang surat berharga tersebut.
Beberapa jenis surat berharga mempunyai skedul pemberian aliran kas dimasa
mendatang yang cukup jelas, sedangkan beberapa jenis yang lain mempunyai skedul
pemberian aliran kas yang tidak cukup jelas. Meskipun demikian basis penilaian
yang dipakai cukup sama, yaitu present value aliran kas dimasa mendatang.
Pembahasan ini dimulai dengan membicarakan penilaian obligasi, diteruskan
sampai kepenilaian saham dan saham preferen, dan diakhiri dengan pembicaraan
aplikasi konsep penilaian untuk menilai perusahaan.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi pasar modal?
2.
Apa saja jenis-jenis surat berharga?
3.
Apa saja metode penilaian surat berharga?
BAB II
ISI
A. Definisi
dan Instrumen Pasar Modal
Pasar
Modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk mengingkatkan kegiatan
bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak keuntungan. Dana segar yang ada di
pasar modal berasal dari masyarakat yang disebut juga sebagai investor. Para
investor melakukan berbagai teknik analisis dalam menentukan investasi di mana
semakin tinggi kemungkinan suatu perusahaan menghasilkan laba dan semakin kecil
resiko yang dihadapi
maka semakin tinggi pula permintaan investor untuk menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut.
Pada
pasar modal pelakunya dapat berupa perseorangan maupun organisasi (perusahaan).
Bentuk yang paling umum dalam investasi pasar modal adalah saham dan obligasi.
Saham dan obligasi dapat berubah-ubah nilainya karena dipengaruhi oleh banyak
faktor. Saat ini pasar modal di Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta atau yang
disingkat BEJ dan Bursa Efek Surabaya atau yang disingkat BES.
Instrument pasar modal adalah instrument yang mempunyai jangka waktu yang lebih dari satu tahun. Beberapa contoh instrument keuangan tersebut adalah obligasi, saham, preferen dan saham biasa. Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah. Obligasi biasanya menyebutkan nilai nominal, kupon bunga, dan jangfka waktu. Perjanjian lain bisa disebut, misal adanya jaminan atau tidak. Jangka waktu obligasi bisa mencapai 10 tahun, bahkan ada yang sampai 90 tahun (di luar negeri) bahkan ada yang tidak mempunyai jatuh tempo (consol).
Saham dimasukkan ke dalam instrument pasar modal, karena saham akan selalu ada jika perusahaan yang mengeluarkan saham masih ada. Saham tersebutmungkin berpindah kepemilikan dari satu investor ke investor lainnya. Tetapi saham tersebut masih tetap ada. Saham preferen menggabungkan karakteristik saham dengan obligasi. Saham preferen merupakan saham (yang berarti kepemilikan), tetapi membayar dividen yang relative tetap (seperti bunga obligasi). Di samping ketiga jenis sekuritas tersebut, masih ada jenis-jenis lain, seperti waran, konvertibel, dan lainnya.
Instrument pasar modal adalah instrument yang mempunyai jangka waktu yang lebih dari satu tahun. Beberapa contoh instrument keuangan tersebut adalah obligasi, saham, preferen dan saham biasa. Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah. Obligasi biasanya menyebutkan nilai nominal, kupon bunga, dan jangfka waktu. Perjanjian lain bisa disebut, misal adanya jaminan atau tidak. Jangka waktu obligasi bisa mencapai 10 tahun, bahkan ada yang sampai 90 tahun (di luar negeri) bahkan ada yang tidak mempunyai jatuh tempo (consol).
Saham dimasukkan ke dalam instrument pasar modal, karena saham akan selalu ada jika perusahaan yang mengeluarkan saham masih ada. Saham tersebutmungkin berpindah kepemilikan dari satu investor ke investor lainnya. Tetapi saham tersebut masih tetap ada. Saham preferen menggabungkan karakteristik saham dengan obligasi. Saham preferen merupakan saham (yang berarti kepemilikan), tetapi membayar dividen yang relative tetap (seperti bunga obligasi). Di samping ketiga jenis sekuritas tersebut, masih ada jenis-jenis lain, seperti waran, konvertibel, dan lainnya.
B.
Jenis-Jenis Surat
Berharga
1.
Obligasi
Obligasi adalah
surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau Negara. Jangka waktu jatuh
tempo obligasi bermacam-macam, ada yang relative pendek seperti satu tahun,
danada yang jangka panjang, yaitu 30 tahun. Obligasi mempunyai ciri pembayaran
bunga yang bersifat tetap untuk setiap periodenya.
Beberapa istilah kunci yang berkaitan dengan obligasi adalah sebagai berikut :
Beberapa istilah kunci yang berkaitan dengan obligasi adalah sebagai berikut :
1.
Nilai nominal (par
value)
Nilai nominal
adalah harga yang tercantum pada surat obligasi. Nilai tersebut mencerminkan
harga yang akan dibayarkan oleh penerbit obligasi pada saat jatuh tempo.
2.
Kupon tingkat bunga
Kupon tingkat
bunga adalah tingkat bunga (dalam presentase berdasarkan nilai nominal) yang
akan dibayarkan oleh pihak penerbit obligasi.
3. Jatuh
tempo
Jangka waktu
atau jatuh tempo suatu obligasi biasanya ditetapkan dalam satuan tahun Pada
saat jatuh tempo, penerbit obligasi mempunyai kewajiban untuk melunasi pemegang
obligasi sebesar nilai nominalnya.
4.
Saham preferen
Saham preferen
(preferen stock) adalah saham yang disertai dengan preferensi tertentu diatas
saham biasa dalam hal pembagian dividen dan pembagian kekayaan dalam pembubaran
perusahaan.
Saham preferen
ini biasanya memberikan dividen yang tetap setiap tahunnya seperti halnya
obligasi. Pada umumnya saham preferen ini tidak mempunyai hari jatuh
(perpeturity).
Rate of return
dari saham ini dapat ditentukan denga rumus sebagai berikut:
dividen per lembar saham preferen
dividen per lembar saham preferen
Rate of return =
harga pasar
contoh:
suatu saham preferen mempuyai haraga nominal Rp 1.000,00 dan membayarkan dividen tahunan sebesar Rp 50,00 dengan harga pasar Rp 750,00. Berapa besarnya rate of return dari saham preferen tersebut?
suatu saham preferen mempuyai haraga nominal Rp 1.000,00 dan membayarkan dividen tahunan sebesar Rp 50,00 dengan harga pasar Rp 750,00. Berapa besarnya rate of return dari saham preferen tersebut?
Besarnya rate of
return dari saham prefeeren tersebut adalah =
= 6,67%
5.
Saham biasa
Saham merupakan
bukti kepemilikan. Seseorang yang mempunyai saham suatu perusahaan berarti dia
memiliki perusahaan tersebut. Pemegang saham berhak atas dividen, jika dividen
tersebut dibayarkan. Sama seperti pada penilaian obligasi, penilaian saham juga
didasarkan atas present value aliran kas yang akan diterima oleh pemegang saham
dimasa mendatang. Karena pemegang saham akan menerima dividen dan capital gain
(loss), maka aliran kas yang relevan untuk pemegang saham adalah dividen dan
capital gain. Capital gain (loss) adalah selisih antara harga jual dengan harga
beli.
C. Metode
Penilaian Surat Berharga
1. Metode
Penilaian Obligasi
a) Penilaian
Obligasi Berdasarkan Kas
Nilai suatu
obligasi bisa dihitung sebagai presaent value dari aliran kas yang akan
diterima dimasa mendatang oleh pemegang obligasi. Misalkan suatu obligasi
mempunyai nilai nominal sebesar Rp 1 juta, dengan kupon bunga sebesar 20%,
dibayarkan setiap tahun, jangka waktu 10 tahun. Misalkan tingkat keuntungan
yang disyaratkan untuk obligasi tersebut adalah 20%. Harga obligasi tersebut
bisa dihitung sebagai berikut ini.
Harga = +
Pada contoh
diatas, pembayaran bunga setiap tahun adalah 20% x Rp 1 juta = Rp 200.000.
sedangkan nilai nominal adalah Rp 1 juta. Dengan demikian harga obligasi
tersebut adalah :
Harga = +
…………….. + +
Harga = [ PVIFA
(20%, 10) X Rp 200.00,00] + [PVIF (20%,10) X Rp 1 juta]
= (4,1294 X Rp 200.000,00) + (0,1615 x Rp 1 juta)
= (4,1294 X Rp 200.000,00) + (0,1615 x Rp 1 juta)
= 838.480 + 161.500
= 999.980
b) =
Rp 1 juta (pembulatan karena ada selisih desimal)
c) Yield
To Maturity (YTM), Yield To Call (YTC), dan Yield
YTM adalah
tingkat keuntungan yang diperoleh pemegang obligasi, jika obligasi tersebut
dipegang sampai jatuh tempo (mature). Misalkan kita ditawari obligasi dengan
karakteristik kupon bunga 20%, nilai nominal Rp 1 juta, jangka waktu 10 tahun.
Harga penawaran adalah Rp 900.000,00. Kemudian kita berniat memegang obligasi
tersebut samapi jatuh tempo. Berapa tingkat keuntungan atau YTM investasi pada
obligasi tesebut?
Aliran kas pada
persoalan diatas bisa dilihat sebagai berikut ini.
900 ribu = + ………….. + +
900 ribu = + ………….. + +
jika kita
menerima tawaran tersebut, kita akan mengeluarkan kas sebesar Rp 900.000,00
pada awal periode, kemudian kita akan menerima kas masuk sebesar Rp 200.000,00,
setiap tahun selama 10 tahun. Pada tahun kesepuluh, kita akan menerima juga
pokok pinjaman (nilai nominal) sebesar Rp 1 juta. YTM merupakan yang menyamakan
sisi kiri dengan sisi kanan dalam persamaan diatas. Dengan menggunakan Excel
(fungsi IRR), kita bisa memperoleh YTM sebesar 22,6% dengan kata lain, meskipun
kupon bunga adalah 20%, tetapi tingkat keuntungan efektif adalah 22,6% (lebih
besar). Hal ini terjadi karena kita membayar Rp 990 ribu, lebih rendah dari
nilai nominalnya.
Jika kita ingin menghitung YTM secara manual, missal menggunakan table, kita harus melakukan coba-coba (trial and error). Kita akan memasang tingkat diskonto, sedemikian rupa sampai akhirnya ditemukan tingkat diskonto yang menyamakan sisi kiri dengan sisi kanan. Sebagai contoh, kita mulai dengan tingkat diskonto 22%. Dengan tingkat diskonto 22%, PV aliran kas sisi kanan adalah :
PV = [200 ribu / (1+0,22)1] + … + [200 ribu / (1+0,22)10] + [1 juta / (1 +
Jika kita ingin menghitung YTM secara manual, missal menggunakan table, kita harus melakukan coba-coba (trial and error). Kita akan memasang tingkat diskonto, sedemikian rupa sampai akhirnya ditemukan tingkat diskonto yang menyamakan sisi kiri dengan sisi kanan. Sebagai contoh, kita mulai dengan tingkat diskonto 22%. Dengan tingkat diskonto 22%, PV aliran kas sisi kanan adalah :
PV = [200 ribu / (1+0,22)1] + … + [200 ribu / (1+0,22)10] + [1 juta / (1 +
,22)10]
= 921536,3
Jumlah tersebut
lebih besar dibandingkan sisi kiri (900 ribu). Karena itu pembaginya harus
diperbesar, agar present value yang diperoleh menjadi semakin kecil. Misalkan
tingkat diskonto kita naikkan menjadi 23%, maka PV aliran kas sisi kanan
menjadi :
PV = [200 ribu / (1+0,23)1] + … + [200 ribu / (1+0,23)10] + [1 juta / (1 +
,23)10]
= 886.021,9
d) Obligasi
Dengan Tingkat Bunga Setiap Semester
Beberapa atau
kebanyakan obligasi membayar bunga saetiap tahun, tetapi beberapa kali setiap
tahun. Biasanya obligasi membayar bunga setiap semester (setengah tahun).
Perhitungan harga obligasi dengan bunga setiap semester pada dasarnya sama,
tetapi ada beberapa penyesuaian :
1) Kupon bunga
dibagi dua (karena bunga dibayar setiap semester)
2) Jangka waktu
obligasi dibagi dua
3) Tingkat
diskonto juga dibagi dua.
Berikut ini
formula yang dipakai untuk menghitung obligasi dengan karakteristik seperti
disebutkan diatas:
Harga = +
Kembali kecontoh
diatas, yaitu obligasi dengan nilai nominal Rp 1 juta, jangka waktu 10 tahun,
kupon bunga 20% dan dibayar setiap semester. Berapa harga obligasi tersebut?
Kupon bunga yang dibayarkan adalah Rp 200.000,00 pertahun, atau Rp 100.000,00
per semester. Jangka waktu obligasi menjadi 2 x 10 = 20. Misalkan tingkat
diskonto (kd) adalah 20%, maka nilai obligasi adalah,
PV = [100 ribu / (1+0,1)1] + … + [100 ribu / (1+0,1)20] + [1 juta / (1+0,1)20]
PV = [100 ribu / (1+0,1)1] + … + [100 ribu / (1+0,1)20] + [1 juta / (1+0,1)20]
= 1.000.000
Jika tingkat
diskonto menjadi 25% pada tahun berikutnya, nilai obligasi adalah:x
PV = [100 ribu / (1+0,125)1] + … + [100 ribu / (1+0,125)18] + [1 juta /
PV = [100 ribu / (1+0,125)1] + … + [100 ribu / (1+0,125)18] + [1 juta /
1+0,1)18]
= 824.004,1
e)
Resiko tingkat bunga
Tingkat bunga
bisa berubah-ubah tergantung banyak factor. Sebagai contoh, jika inflasi
meningkat, maka tingkat bunga cenderung akan meningkat. Jika seseorang investor
memebeli obligasi dengan tingkat bunga tetap (misal 20%) selama sepuluh tahun,
maka ia akan menerima 20% selama sepuluh tahun. Jika tingkat bunga meningkat
menjadi 30% pertahun, investor tersebut akan mengalami kerugian (karena Cuma
memperoleh 20%), dan sebaliknya. Hal yang sebalikya akan terjadi dengan perusahaan
yang mengeluarkan obligasi tersebuts (perusahaan tersebut menglami keuntungan).
Dengan kata lain investor tersebut mengalami resiko penginvestasian kembali
(reinvestment risk).
f)
Jangka waktu obligasi
Eksposur
terhadap risiko tingkat bunga tersebut tergantung dri beberapa factor. Salah
satu factor adalah jangka waktu obligasi. Obligasi dengan jangka waktu lebih
panjang, ceteris paribus, mempunyai eksposur tingkat bunga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih pendek. Sebagai
contoh, missal ada dua obligasi yang sama-sama mempunyai kupon bunga sebesar
20% dengan nominal Rp 1 juta. Obligasi pertama (A) mempunyai jangka waktu lima
tahun, sedangkan Obligasi kedua (B) mempunyai jangka waktu duapuluh tahun.
Misalkan tahun berikutnya tigkat bunga berubah menjadi 25%, 235, 20% (tetap),
18%, dan 15%. Table berikut ini menyajikan nilai kedua obligasi tingkat
diskonto yang berubah.
Table 2. Harga
obligasi jangka panjang dan pendek untuk tingkat buga yang berbeda.
g)
Obligasi tanpa bunga
dan obligasi dengan kupon bunga
Obligasi tanpa
bunga adalah obligasi yang tidak membayarkan bunga sebelum jatuh tempo.
Obligasi tersebut dinamakan juga sebagai zero coupon bond atau zeroes. Obligasi
tersebut berbeda dengan obligasi biasa (yang dengan bunga), karena obligasi
biasa membayarkan bunga setiap periode tertentu (missal tahun), sampai jatuh
tempo. Formula untuk menghitung harga obligasi tanpa kupon adalah sebagai
berikut.
Harga = Nilai
Nominal / (1 + r)n
Dimana r =
tingkat bunga
n = periode
sebagai contoh,
missal PT A mengeluarkan obligasi tanpa bunga dengan nilai nominal Rp 1 juta,
jangka waktu 5 tahun. Jika tingkat diskonto yang relevan (kd) adalah 20%, maka
harga obligasi tersebut dihitung sebagai berikut ini.
PV = 1 juta / (1 + 0,2)5 = Rp 401.878,00
PV = 1 juta / (1 + 0,2)5 = Rp 401.878,00
Obligasi
tersebut mempunyai harga Rp 401.878,00. Tingkat bunga yang akan diperoleh oleh
pemegang obligasi jika obligasi tanpa bung tersebut dipegang sampai jatuh tempo
adalah 20%.
2.
Metode Penilaian Saham
a.
Penilaian saham yang
dipegang satu periode
Dengan rumus:
Po = PV
dimana P0 = PV =
Harga Saham Yang Pantas
D1 = dividen
yang akan dibayarkan satu tahun mendatang
P1 = harga saham
satu tahun mendatang
Ks = tingkat
keuntungan yang disayaratkan untuk saham tersebut
Untuk contoh
diatas, harga saham yang pantas adalah
P0 = [Rp 200 /
(1+0,2)1] + [Rp 1.400 / (1+0,2)1]
= Rp 1.334
b.
Penilaian saham yang
dipegang selamanya
Sering disebut
dengan model penilaia deviden (dividend valuation model).
Ada beberapa
variasi dalam model tersebut :
i.
Model dividen konstan
ii.
Model dividend tumbuh
dengan tingkat pertumbuhan yang konstan
iii.
Model dividend dengan
tingkat pertumbuhan yang berbeda (tidak konstan).
3.
Metode Penilaian Saham Preferen
Saham
preferen mempunyaikarakteristik gabungan antara karakteristik saham dengan
obligasi. Saham preferen membayarkan dividen (mirip seperti saham), tetapi
dividen tersebut dibayar tetap berdasrkan persentase tertentu dari nilai
nominal saham preferen. Sebagai contoh, jika saham preferen mempunyai dividen
sebesar 10% dengan nilai Rp 1.000,00, maka dividen untuk pemegang saham
preferen adalah Rp 100,00 per lembar. Karakteristik semacam itu mempunyai
kemiripan dengan obligasi. Tetapi ada perbedaan lain. Karena dividen yang
dibayarkan, perusahaan tidak mempunyai kewajiban untuk membayarkan dividen
tersebut. Jika perusahaan gagal membayarkan dividen, maka perusahaan tidak bisa
dibangkrutkan. Hal semacam itu berbeda dengan obligasi.
Misalkan saham
preferen mempuyai dividen sebesar 20%, dengan nilai nominal Rp 1.000,00 = Rp
200,00. Misalkan tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham preferen
adalah 15%, berapa harga saham preferen tersebut yang pantas?
Aliran kas pemegang saham preferen bisa digambarkan sebagai berikut ini.
Harga = + + … +
Aliran kas pemegang saham preferen bisa digambarkan sebagai berikut ini.
Harga = + + … +
Dividen yang
diterima oleh pemegang saham preferen adalah 20% x Rp 1000,00 = Rp 200,00.
Diasumsikan dividen tersebut akan dibayar secara regular per tahun, dan saham
preferen dipegang selamanya. Harga tersebut bisa dihitung sebagai berikut ini.
Harga = 200/0,15 = Rp 1.333.333,00
Harga = 200/0,15 = Rp 1.333.333,00
Dengan demikian
formula untuk menghitung harga saham preferen adalah :
PV = (D / kp)
Dimana PV =
Harga saham preferen
D = dividen
saham preferen
Kp = Tingkat
keuntungan yang disyaratkan untuk saham preferen tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
a.
Yang disebut pasar
modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk mengingkatkan kegiatan
bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak keuntungan.
b.
Jenis-jenis surat
berharga :
Obligasi adalah
surat pengakuan utang yang dikeluarkan oleh atauØ
perusahaan atau lembaga-lembaga lain sebagai pihak yang behutang yang mempunyai
nilai nominal tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara periodic
atas dasar persentase tesebut yang tetap.
Saham preferen
(preferen stock) adalah saham yang disertai dengan preferensi tertentu diatas
saham biasa dalam hal pembagian dividend an pembagian kekayaan dalam pembubaran
perusahaan.
Saham biasa,
saham merupakan bukti kepemilikan. Sseorang yangØ
mempunyai saham suatu perusahaan berarti dia memeliki perusahaan tersebut.
Pemegang saham berhak atas dividend, jika divedent tersbut dibayarkan.
c.
Penilaian Surat
Berharga
Penilaian Obligasi :
1. Penilaian
obligasi berdasarkan aliran kas
2. Yield To
Maturity (YTM), Yield To Call (YTC), dan Yield
3. Obigasi
dengan tingkat bunga satu semester
4. Risiko
tingkat bunga
5. Jangka waktu
obligasi
6. Obligaasi
tanpa bunga dan obligasi dengan kupon bunga
Penilaian Saham
1. Penilaian
saham yang dipegang satu periode
2. Penilaan
saham yang dipegang selamanya
3. Model Dividen
konstan
4. Model Diveden
tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang konstan
5. modelDiveden
dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda (tidak konstan)
6. sumber
pertumbuhan
DAFTAR PUSTAKA
http://organisasi.org/pengertian-arti-definisi-pasar-modal-penjelasan-dasar-mengenai-
investasi-perdagangan-pasar-modal-indonesia.
Bambang Rianto, 1997, Dasar - dasar Pembelajaran Perusahaan Edisi 4, BPFE, Yogyakarta.
Mamduh M. Hanafi, 2004, Manajemen Keuangan, Edisi 2004/2005, BPFE, Yogyakarta.
Bambang Rianto, 1997, Dasar - dasar Pembelajaran Perusahaan Edisi 4, BPFE, Yogyakarta.
Mamduh M. Hanafi, 2004, Manajemen Keuangan, Edisi 2004/2005, BPFE, Yogyakarta.